Sunday, December 27, 2015

MANUSIA dan PENDERITAAN

A. Penderitaan
Penderitaan merupakan menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. 

Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, dan ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.


Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dari-Nya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan pertanda sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikan-Nya? Pertanda dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Bagi manusia yang tebal imannya musibah yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepada-Nya dan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih besar dan dirinya, akan membuat manusia merasakan dirinya kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah akan diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang dialaminya, untuk akhirnya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.


B. Siksaan
siksaan atau penyiksaan digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Tindakan siksaan terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu:

1. Siksaan badan (jasmani)
2. Siksaan jiwa (rohani)

Siksaan psikis yang dapat dialami oleh manusia ada beberapa macam, diantaranya adalah:

1. Kebimbangan
Kebimbangan ini dapat ialami oleh seseorang pada saat dia tidak dapat menentukan pilihan yang akan dia ambil. Kebimbangan dan keraguan adalah bukti bahwa kita masih layak untuk disebut Manusia dengan segala keberadaannya. Dan itu juga bukti bahwa kita masih memiliki instrumen yang cukup untuk bisa menghadapi sebuah persoalan. Tanpa keduanya, itu perlu dipertanyakan. 


Selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada skenario-skenario yang harus kita lalui. Beratnya pilihan dan belum jelasnya masa depan, kerapkalikita berada dalam kepesimisan dan kebimbangan. Masalahnya, manusia tidak bisa hidup dengan "dihantui" kedua masalah itu. Keputusan harus diambil, apapun itu resiko yang sebagai konsekuensi dari sebuah keputusan harus diterima. 

2. Kesepian

Ada saat-saat dimana manusia merasakan kesepianKesepian yang dimaksud disini adalah seseorang yang tetap merasakan kesepian walaupun sedang berada di keramaian.  Mengapa hal ini dapat terjadi? Seseorang yang kesepian dalam keramaian merasa bahwa beban hidup nya terlalu berat sehingga kapan saja dan dimana saja dia selalu "dihantui" oleh pikiran-pikiran akan beban hidupnya dan dia merasa bahwa tidak ada satu orang-pun yang dapat mengerti apa yang dia rasakan. Orang yang seperti ini harus mempunyai teman atau seseorang yang percaya dengannya, mengerti akan dirinya, dan selalu ada untuknya sebagai tempat bernaungnya. 
"everybody needs a shoulder to cry on"
Manusia dapat merasa kesepian di tengah kerumunan orang. Manusia dapat merasa sepi walau orang-orang yang ada disekelilingnya sedang tertawa bergembira. Hal itu dapat terjadi juga karena dia merasakan tidak terhubung dengan orang-orang itu. 
Melalui teknologi, dunia menjadi semakin terhubung satu sama lain, namun di balik hal itu banyak orang yang merasa kesepian. Bahkan, kita dapat merasa kesepian meskipun sedang berinteraksi dengan banyak orang. Kesepian bukan berarti kita harus menjadi sendirian.

3. Ketakutan
Ketakutan adalah bentuk lain dari siksaan batin. Ketakutan yang berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan antara lain : claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, kesakitan, kegagalan.
Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.

C. Kekalutan Mental

Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.

Gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental adalah :
1. Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
2. Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah :
1. Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohani.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cara negative
3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
1.  Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
2.   Terjadinya konflik sosial budaya.
3. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.

Proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya kearah positif dan negatif:
• Positif : trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik sebagai usaha agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah kejatuhan dalam hidupnya.
• Negatif : trauma yang dialami diperlarutkan sehingga yang bersangkutan mengalami fustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.

Bentuk frustasi antara lain :
1. Agresi berupa kamarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadi hypertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya.
2. Regresi adalah kembali pada pola perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan
3. Fiksasi adalah peletakan pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu.
4. Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative kepada orang lain.
5. Identifikasi adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya
6. Narsisme adalah self love yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari paa orang lain.
7. Autisme ialah menutup diri secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang sinting.

D. Penderitaan dan Perjuangan
Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kapada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia adalah mahluk berbudaya dengan budayanya itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam atau dialaminya. Hal ini membuat manusia itu kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati penderitaan. Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidup. Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Kelalaian manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaaan. Penderitaan yang terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, orang lain atau masyarakat menderita. 
E. Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri, Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa;
"Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna" 
"nasib sudah menjadi bubur"
Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, anti ibu tiri,ia berjuang menentang kekerasan dan lain-lainnya Apabila sikap negatif dan positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilainnya. Penilaian itu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai, keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.

sumber: 
http://dokumen.tips/documents/peta-konsep-manusia-dan-penderitaanpdf.html
http://doankfranky.blog.com/2011/04/20/manusia-dan-penderitaan/

No comments:

Post a Comment